
Tampil cantik dan menarik tak memiliki masa kedaluwarsa dan menua adalah bagian dari itu.
KAMPANYE #cantikitusehat yang digulirkan Ever-E250 baru-baru ini membuat saya teringat dengan obrolan soal cantik antara saya dan seorang jurnalis asing di Malaysia. Kepadanya saya menceritakan kisah seorang perempuan tua yang saya temui di sebuah salon langganan di Jakarta. Sebuah percakapan tak terduga yang banyak mengubah cara saya melihat diri dan menerjemahan cantik. Dari Oma—begitu saya memanggilnya—saya belajar bahwa diri yang dicintai akan selalu memberikan penampakan terbaiknya.
***
DULU, ada sebuah salon di daerah Benhil yang sangat sering saya datangi. Selain untuk mengurusi rambut, kesukaan saya kepada salon ini adalah karena pelanggannya beragam. Mulai dari anak muda hingga nenek dan kakek berusia lanjut.
Saya sangat suka duduk di dekat para pelanggan berusia lanjut, menguping percakapan mereka atau bahkan tak jarang ikutan menimbrung. Di salon ini, entah mengapa antarpelanggan bisa saling mengobrol meskipun baru bertemu dan memiliki latar belakang berbeda. Saya selalu beranggapan salon ini adalah sebuah melting pot. Si pemilik adalah seorang perempuan yang menjadi ‘pengikat’ kami semua.
Pergeseran saya melihat soal cantik dan menarik juga terjadi di salon ini melalui sosok seorang oma yang pagi itu menjadi kawan mengobrol.