Skip to content

rewritten.

  • home
  • stories
  • snapshots
  • projects
  • collaborate
  • publications
    • books
    • magazines
    • newspapers
    • featured

Tag: iphonesia

not a little mermaid #iphonesia (Taken with instagram)

0
0
0
0
windy ariestantyAuthor windy ariestantyPosted on May 3, 2012February 13, 2016Format GalleryCategories UncategorizedTags iphonesiaLeave a comment on

the web of life #giliair #iphonesia (Taken with instagram)

0
0
0
0
windy ariestantyAuthor windy ariestantyPosted on May 1, 2012Format GalleryCategories UncategorizedTags giliair, iphonesiaLeave a comment on

dear god #iphonesia #prayforsumatra (Taken with instagram)

0
0
0
0
windy ariestantyAuthor windy ariestantyPosted on April 11, 2012Format GalleryCategories UncategorizedTags iphonesia, prayforsumatraLeave a comment on

what are you? #flower #iphoneography #iphonesia (Taken with instagram)

0
0
0
0
windy ariestantyAuthor windy ariestantyPosted on November 13, 2011Format GalleryCategories UncategorizedTags flower, iphoneography, iphonesiaLeave a comment on
Windy Ariestanty=

windy_ariestanty

• air susu ibu • aku mengiakan permintaan @qu • air susu ibu •

aku mengiakan permintaan @quavi untuk menerjemahkan #airsusuibu karena sebuah adegan yang mungkin mudah dilupakan kebanyakan pembaca: ibu tokoh perempuan duduk di dapur yang menghadap ke halaman, dengan panci meletup-letup menguarkan aroma labu rebus.
 
aku teringat kepada mantet, nenekku yang buta aksara. menjelang sore, ia akan duduk di dekat jendela dapur, menghadap ke kebun. aku akan duduk di dekat kakinya untuk membacakan koran hari itu dan mendengarkan siaran radio. dari situlah aku tahu latvia. nenekku sering bertanya banyak hal, terutama rubrik kawat dunia yang sebenarnya untuk anak seusiaku, sungguh mana kutahu perkaranya.
 
aku memelihara rasa ingin tahunya dan memutuskan ikut sahabat pena internasional, memilih kawan-kawan dari latvia, estonia, lithuania, kroatia. dari mereka aku tahu lebih banyak tentang negara-negara bekas jajahan soviet dan menanyakan pertanyaan nenekku yang aku tak tahu jawabannya. aku akan membacakan surat balasan mereka ke mantet, tentu saja setelah kuterjemahkan ke bahasa indonesia.
 
mengerjakan #airsusuibu, ingatan itu hidup kembali. kubayangkan aku menceritakan ini sejernih mungkin kepada nenekku. hal-hal yang jernih mudah dipahami sekaligus sulit ditepis. ia serupa kebenaran, tak terbantahkan dan tak ada yang bisa ditutupi.
 
aku berharap kejernihan kisah #airsusuibu bisa masuk ke ruang paling pribadimu. bayangkanlah aku kecil duduk di dekat kakimu lalu membacakannya untukmu, sebagaimana yang kulakukan untuk nenekku.

untuk yang sudah membaca, terima kasih. 🙏🏾🙏🏾🙏🏾

=====
salindia 2: mantet yang berdiri di belakangku.
salindia 3: nenekku yang mengajariku membaca.
salindia 4: satu-satunya fotoku dengan mama.
sometimes, i never could understand why some thing sometimes, i never could understand why some things begin, then just end, some things break out and break in. so i take a little time to appreciate things around me, even the small ones and give them a good hello or a good bye.
apa yang paling menyenangkan dari mollo? orang-ora apa yang paling menyenangkan dari mollo? orang-orangnya. oh, juga anjing-anjingnya yang manis (kadang mereka tengil, apa lagi si mok. ia baru duduk diam jika dicky sudah memanggil namanya) dan selalu menatap dengan sepasang mata bening. 

di mollo, kebaikan itu murah dan berlimpah ruah. orang-orang memberikannya tanpa banyak menimbang dan berhitung. yang terbaik adalah yang ada di tangan dan itu tak harus disimpan untuk sendiri. ini berlaku untuk apa saja. makanan dan pengetahuan; mereka membaginya dengan suka cita sebelum diminta, hingga hal yang paling langka untuk kehidupan yang disebut-sebut modern: waktu—mereka menciptakan waktu agar siapa pun mengalami saat-saat terbaik bersama mereka.

untuk semua itu, terima kasih.
• soal pawang hujan, ilmu pengetahuan, dan keari • soal pawang hujan, ilmu pengetahuan, dan kearifan •

barusan saya membaca opini mas dalipin, penulis dan chief of storyteller @kumparancom di @kumparanplus. opininya yang saya baca adalah soal pawang hujan sewaktu gp mandalika lalu. aksi pawang hujan ini jadi sorotan semua orang, dan tentu saja orang-orang itu terbagi jadi dua kubu. ada yang bangga dan melihat itu fenomena yang sangat lokal, dan ada juga yang merasa itu sungguh memalukan lantaran membuat indonesia terlihat seperti negara yang percaya hal-hal di luar nalar dan ilmu pengetahuan.

‘mereka yang mengecam menggunakan perspektif yang menurut mereka superior: entah bersandar ilmu, logika, rasionalitas, dan agama. Intinya seperti budaya dominan melihat sebuah eksotisme (primitif),’ tulis mas dalipin. ‘mereka yang membela tentu saja sebaliknya: seperti graeber dan rekan antropolog segenerasinya yang mencoba memosisikan objek penelitian sebagai sumber pengetahuan yang tak kalah arifnya dalam menengarai-mengarungi kehidupan.’

tulisan mas dalipin bikin saya teringat obrolan dengan kawan-kawan suku asli dan masyarakat adat yang saya jumpai di tempat berbeda, salah satunya di mollo, timor tengah selatan, ntt. dalam masyarakat adat mollo, ada marga falo atau naben. marga ini, kata dicky senda, penggagas @lakoat.kujawas, dipercaya mampu mengendalikan hujan sehingga dalam struktur sosial masyarakat, kepala adat mereka memiliki tugas sebagai sang pengendali hujan; menjalankan peran pawang hujan.

pieter, seorang antropolog dan pemandu saya di machupiccu bilang kalau pengetahuan manusia modern belum mampu menjangkau kecerdasan dan kearifan nenek moyang kita. pieter bisa jadi penganut graeber. sila baca dulu opini mas dalipin di senandika dalipin yang tayang secara teratur di kumparanplus - https://bit.ly/SenandikaDalipin 

saya penasaran, bagaimana kalian melihat fenomena ini? a penny for your thought!
• pasar kapan dan rebung kering • ‘rebung k • pasar kapan dan rebung kering •

‘rebung kering yang dimasak dengan taciong (tauco) mengingatkan be kepada pasar kapan,’ kata @sandraliu667.  waktu mendengar sandra mengatakan itu, saya sempat terdiam lama. kawan-kawannya di @lakoat.kujawas lebih dulu bereaksi mendengar barisan kalimat yang dibacakan sandra. mereka bertepuk tangan sambil menggumamkan komentar. 

sebaris kalimat sandra mengembalikan ingatan saya pada kamis pagi; hari pasar di kapan. di pasar itu, terpal-terpal membentang, menghalau sinar matahari yang tumpah ruah dari segala arah di pegunungan mutis ini. suara berlogat timor riuh rendah, macam-macam aroma bercampur—getah sayur, raksi kulit jeruk dan alpukat, bara dapur, dan warna-warni yang menyembul di sana-sini—hijau, kuning, merah, biru, jingga; serupa pelangi. 

kenapa rebung dan pasar? saya penasaran. rebung kering, kata mama fun @marlindanau merupakan salah satu bahan pangan bergengsi di mollo. ia hadir hampir di semua hidangan untuk acara penting. 

rebung kering masak taciong adalah hidangan khas hasil percampuran cina dan mollo. ‘ini sama seperti pasar. semua berbaur di sana dan yang be ingat hanya pung rasa senang. sama seperti ketika be makan rebung kering masak taciong.’

saya belum tahu bagaimana cara yang pas untuk menggambarkan pasar kapan, tetapi sandra tahu. kamis itu memang meriah. ada yang meletup-letup ketika berada di tengah hiruk pikuk pasar; bisa jadi itu rasa senang. sama senangnya ketika menyantap hidangan rebung kering yang dicampur tauco—seperti yang dikatakan sandra; asam-asin-manis-segar melebur dan membuat ingin lagi. 

perasaan seperti itu apa namanya?

#winmollo
• wajah melamun, sebuah riwayat gerak garis • • wajah melamun, sebuah riwayat gerak garis •

meski sering ke rumah pintu untuk numpang main-makan-dan lain-lain, obrolan saya paling intens dengan iwan effendi (@_papeyo_ ) justru terjadi di toko papermoon pada 2020. kami saat itu sedang mengobrol tentang konsep teater boneka dan bagaimana wajah melamun justru menggenapi perjalanan papermoon dalam menemukan bentuk bonekanya. obrolan itu dua jam lebih. dan sejak saat itu, saban ngobrol dengan papeyo selalu ada saja hal-hal terkait seni, gambar, dan garis yang disoal. entah selepasan, entah kemudian jadi serius dan berujung mengamati papeyo kerja di studionya. 

saya dalam proses itu senang-senang saja jadi pengamat dan diizinkan bertanya ini-itu. lalu pesan lewat whatsapp itu masuk pada pertengahan 2021. ia bertanya kapan saya ke jogja dan apakah saya punya waktu menuliskan isi kepalanya (sesungguhnya saya meyakini papeyo bisa menulis sendiri) untuk 'daydreaming face - wajah melamun' yang akan menjadi pameran tunggalnya di indonesia. ia, walau sering pameran di luar negeri, justru baru kali ini pameran di indonesia, jakarta tepatnya. saya mana bisa bilang tidak. pertama, saya suka mengulik otak orang. kedua, saya sedari awal sewaktu mengerjakan 'selepas napas', bukunya papermoon, sudah sangat menyukai 'wajah melamun'. 

'mengapa garis?' tanya saya sebagai pembuka. 'sebab bentuk paling murni dari gambar adalah garis. ialah yang pertama kali mempertemukan dunia ide dengan kenyataan. yang menjadikan tiada sebagai ada,' sahutnya cepat. 

mendengar jawabannya, saya segera tahu, ia sedang menceritakan riwayat garis. ia sedang bicara tentang muasal dari keberadaan sebuah bentuk lewat gerak garis. dan bahwa wajah melamun adalah muslihat artistik iwan effendi untuk memancing ekspresi wajah-wajah kita yang selama ini diabaikan atau bisa jadi disembunyikan.

pameran solo iwan effendi 'daydreaming face'  bisa disaksikan di @ruci.art sampai 14 november 2021. sungguh saya baru tahu pas pembukaan pameran kalau tulisan yang kami kerjakan bersama itu jadi pengantar pameran solo ini. kalau sedang di jakarta dan luang, kemarilah. temui cerita yang mengintai di setiap ekspresi wajah melamunmu.
Load More... Follow on Instagram

bittersweet of 13

a life traveler who loves watching people. a writer who loves telling stories. a creature who loves laughing. | twitter: @windyariestanty | instagr: @windy_ariestanty | pinterest: windy ariestanty

Archives

Tags

  • airport
  • asia
  • autumn
  • bali
  • beijing
  • chillout
  • expression
  • france
  • inatopbucketlist
  • indonesia
  • iphonesia
  • japan
  • java
  • journeytonowhere
  • kids
  • kuta
  • lightcatcher
  • lotus
  • lovina
  • lucerne
  • madura
  • malang
  • market
  • mentawai
  • myanmar
  • netherland
  • padma
  • paris
  • photooftheday
  • projectkembangverses
  • rekamjakarta
  • salatiga
  • saveorangutan
  • sea
  • southeastasia
  • sunset
  • surabaya
  • suramadu
  • switzerland
  • travel
  • ubud
  • vietnam
  • volendam
  • wonderfulindonesia
  • yangon
  • home
  • stories
  • snapshots
  • projects
  • collaborate
  • publications
    • books
    • magazines
    • newspapers
    • featured
rewritten. Proudly powered by WordPress