‘Ada apa di Shandong?’ adalah pertanyaan pertama yang diajukan Alexander Thian setelah ia menjawab ‘mau’ dengan cepat ketika saya mengajaknya ke Shandong. Alex tentu saja bukan satu-satunya yang begitu. Pertanyaan itu dipastikan selalu menjadi pertanyaan pertama yang mengikuti saban kali mulut saya melontarkan ‘Shandong’.
Namun, mana ada ada yang salah dengan pertanyaan dan ketidaktahuan. Seperti kata Konfusius, mereka yang bertanya mungkin sesaat akan terkesan bodoh, tetapi mereka yang tidak bertanya justru terjebak kedunguan selamanya.
Jadi, saya biarkan Alex terus bertanya sembari saya sendiri mencari jawabannya.
Kalau kalian salah satu dari orang yang melontarkan pertanyaan serupa, maka ini (bisa jadi) jawaban yang akan mengantarkan kalian menemukan jawaban-jawaban lainnya.
Continue reading “shandong: tentang orang terbijak, tempat tersuci, dan seni bertanya (1)”