***
BELAKANGAN, saya menyadari waktu menggelincir dari sela-sela jari tanpa berusaha saya genggam. Hari ini 40 hari sejak kepulangan Papa. Kata orang, selama 40 hari itu, jiwa seseorang masih berada di dunia.
Saya memercayai itu. Saya menikmati laju waktu bersamanya dalam dimensi yang berbeda. Saya masih melakukan semua kebiasaan saya bersamanya, memanggil ‘Papaaa’ ketika membuka pintu rumah, menghampiri tempat ia menonton TV, menatapi buku-buku yang saya beli untuk dibaca bersamanya, dan mengajak bicara tanaman-tanamannya. Kadang, saya mendengar suaranya memanggil lalu saya terburu-buru menghampiri tempat ia biasa berbaring.
Tempat itu kosong. Ia tak lagi di sana.
Jika malam tiba, saya gelisah karena satu hari lagi telah lewat. Namun, semua berjalan begitu saja, saya mengambang, seperti setengah hidup. Ini bukan lagi tentang kerelaan melepaskan. Saya sudah melatih diri saya soal merelakan dengan ikhlas dalam diam sejak lama, sejak saya menguping percakapan dan melihat wajah tenang Papa yang tanpa kemarahan 25 tahun lalu. Tak ada yang bisa menyaingi hari itu, hari yang membekukan kaki saya hingga tak bisa bergerak, tetapi menimbulkan haru hingga bergema di benak, saya ingin punya sedikit saja kesediaan memaafkan dan kebesaran jiwa seperti yang ditunjukkan Papa.
Namun, kekosongan itu terang. Ia tak bisa disumpal dengan apa pun. Tidak juga dengan doa yang dirapal. Saya coba mengingat-ingat hari-hari yang membuat saya hilang semangat, patah hati saja rasanya tak seperti ini. Kalau patah hati, saya biasanya akan berharap nanti jatuh cinta lagi. Kalau kecewa, dengan mudah saya menemukan alasan bangkit dan bergiat. Namun, tidak begitu dengan kehilangan yang satu ini.
Kemarin, sehabis nyekar, saya mengunjungi rumah salah satu orang yang banyak membantu saya mengatur agar Papa bisa dikubur satu liang dengan Mama.
‘Saya tidak tahu bagaimana cara Mbak mengatasi kehilangan. Tapi, kalau saya…,’ katanya sambil menitikkan air mata, ‘berterima kasih sekali diberi kesempatan melakukan sesuatu untuk Pak Tris. Ini membuat saya lega.’
Saya gagu, lalu air mata itu meluncur tanpa permisi. Papa menghabiskan 30 hari terakhirnya bersama saya, bersama-sama kami berjuang hingga saya membisikkan ke telinganya, betapa saya mengikhlaskan ia pulang ke tempat ia bermula. Ia memilih menutup hidupnya ketika hanya ada saya di sampingnya, setelah memeluk kepala saya dan sambil mengenggam kedua tangan saya.
‘Bapak orang baik, Mbak. Ia, walaupun terpandang dan punya kuasa sewaktu tinggal di sini, tak mengambil keuntungan dari situ, malah sibuk membantu orang-orang. Makanya, semua hal dilancarkan untuk Pak Tris. Saya harap, hanya dengan mengingat Bapak orang baik, Mbak bisa merasa lebih baik.’ Ia menepuk punggung tangan saya.
Kadang, kalimat sederhana seperti itu saja yang saya butuhkan untuk bisa mengenang Papa dengan penuh kelapangan dada. Itu yang sedang saya lakukan ketika menulis ini.
Terima kasih untuk semuanya, Pa. [13]
*) Mengenang Alm. Sutrisno, S.H bin R. Ach. Danoeprawiro, cinta mati saya.
Mbak W, ikut berduka cita ya. Sebagai orang yang mengagumi tulisan-tulisan Mbak W selama ini, saya pun otomatis menaruh hormat setinggi-tingginya kepada pria yang berhasil membesarkan orang luar biasa seperti Mbak W. Semoga Beliau diampuni segal dosanya, dan segala ilmu yg diberikan kepada Mbak W menjadi amal yg tidak putus. Be strong, mbak.
banyak terima kasih sudah membaca tulisan ini, fanny. juga terima kasih untuk doa dan harapan baiknya.
sayang sekali dengan kak w. peluk jauh :’))
Halo kak W, banyak banyak terima kasih sudah mau membagikan tulisan dan ingatan tentang cinta matinya. Lewat tulisan ini, saya jadi tau beliau orang baik (dan tentu hebat) yang berhasil meneruskannya kepadamu sekarang. Saya mengamini kalimat kak W, ada papa dalam kak W sejak lama. Semoga terang dan damai selalu mengiringi.
banyak terima kasih sudah mau membaca catatan yang dibuat dengan sekadarnya ini. saya hanya menulis apa yang terpikir, tanpa banyak berpikir. mungkin saya hanya butuh bercerita. semoga terang juga mengiringimu.
Semoga segala yang terbaik bagi ayahanda dan Mbak juga keluarga. Amiin
Kak W terima kasih tulisannya.
terima kasih sudah membacanya.
Dari tulisan ini saya yakin ayah kak W adalah orang dan ayah yang baik. terimakasih sudah berbagi. semoga yg terbaik utk ayah dan kak W sekeluarga. semoga saya bisa jadi ayah kak W di keluarga saya.
Terima kasih telah berbagi ceritanya Mbak..
terima kasih sudah mau menyimak apa yang saya ceritakan.
Semoga Alm. Papa mvak W diberi tempat yang indah. Sangat terharu membaca kisah cinta mati mbak W. Pasti ketika mengingat beliau ada rasa hangat di hati dan di pelupuk mata.
amin. banyak terima kasih, ya, chris.
Aduh.. ini gimana air mata turun sendiri.
Mbak w… dia pasti bahagia punya anak kamu.
Pasti.
Aku sayang sekali sama mbak w…
aku terima kasih sekali sudah kamu temani melewati waktu-waktu itu. padahal, aku ingin sekali mengenalkan lunang kepada papa. aku sayang kamu juga!
Terhenyak dan termenung. Ingin segera memelukmu.
hai, v, lelaki ubud. selain peluk, belikan jug aaku rujak kuah pindang dan bebek betutu yang diungkep dalam sekam itu, ya. hahaha. banyak terima kasih, ya!
Semuanya tertulis dengan indah sekali Windy. Terima kasih sudah berbagi cerita yang indah ini. Al Fatihah untuk Papamu.
terima kasih, novie!
Kak W, terima kasih untuk tulisan indah yang menceritakan betapa besar hati yang dimiliki oleh ayah Kak W. Semoga cerita tentang beliau bisa menyulut hati orang-orang untuk tetap menjadi orang baik. Semoga damai bisa mengiringi beliau dan juga mengiringi Kak W dan keluarga.
Sebuah hubungan kuat yang tertuang dengan sangat indah. Terima kasih sudah membagi kisah indah ini W.
banyak terima kasih sudah mau singgah ke sini dan membacanya, marcus.
Ahh aku hanyut dalam tulisanmu mbak.
Dan berkali kali mbrebes mili, apalagi saat tiba di bagian malam Natal 24 Desember 2020.
Selamat jalan papanya mbak Windy.
Sugeng tindak Pak Sutrisno, swargi langgeng.
mbak W, terima kasih tulisannya. ruang kosong itu akan tetap ada. dan karenanya, kita akan bersyukur. bersyukur menjadi anak Papa. lain waktu, jika rindu dan perlu dekapan Papa, masuk ke ruang kosong dan berdiam saja. niscaya, mbak W akan dipeluk erat. perlahan-lahan saja Mbak… nanti akan sampai masanya berjalan kembali. sehat-sehat ya.. ❤️
Hallo… Mbak Wind…
Aku turut berduka atas kehilanganmu… namun kagum atas segenap ketegaran yang kamu punya…
Insyaallah Mama dan Papa Mbak Windy, telah berbahagia di tempat terindah yang Allah punya. Istajib Lana Ya Rabb.. Aamiin..
Kak W ;(
Salam kenal dan peluk jauh.
Haii Kak W
Papa dan kakak saya juga meninggal karna karna kecelakaan, dan mama saya pun melakukan hal yang sama, tidak membawa ke jalur hukum dan itu pelajaran hidup buat saya.
Ternyata dulu waktu saya masih kecil papa pernah menabrak orang sampai meninggal dan papa saat itu harus sebentar ditahan, mama ketemu dengan keluarga korban dan meminta maaf, tau apa yang mereka lakukan ke mama?
Dia ngasih mama uang sambil bilang, “Ini buat anak-anak sekolah karna masalah ini papanya ga bisa kerja kan, kejadian ini ga ada yang mau, kita berdua sama-sama korban”
… Saya sangaaaat tersentuh dengan cerita itu, dan itu terulang dikeluarga saya.
hai, silvi. terima kasih sudah menceritakan apa yang kalian alami. aku rasa, ada banyak orang berjiwa besar dengan cara-cara mereka. merelakan dan melepaskan memang kelas kita seumur hidup. kita mengenang dengan cara kita–bukan lantas disebut tidak rela. salamku untuk mamamu. semoga papa dan kakakmu pun beristirahat dengan tenang di tempat mereka semestinya.
Mbak W, terima kasih banyak untuk cerita ini. Sebagai seseorang yang juga pernah mengalami kehilangan seorang Papa, saya banyak merasa tersentuh ketika membaca tulisan Mbak W.
Cerita ini terus terang juga menginspirasi saya untuk kembali menulis, khususnya tentang Papa saya, supaya saya bisa terus mengingat memori-memori indah saya bersama Papa, bahkan mungkin bisa saya bagikan untuk anak-anak saya kalau saya punya anak nanti. Setidaknya mereka punya bayangan seperti apa sosok kakek yang dibanggakan ibu mereka.
Saya turut berduka atas kepergian Papa Mbak W, tapi saya yakin Beliau sudah mendapatkan kedamaian abadi saat ini.
hai, ivana. terima kasih sudah membaca dan meninggalkan sepenggal cerita.
❤️❤️❤️❤️ sehat selalu mbak w
Kak W terima kasih menulis ini. Saya jadi ikut merasa kehilangan dan nggak sadar pipi sudah banjir air mata. Papa Kak W sungguh baik, semoga beliau diberi tempat terindah di sisiNya. Peluk jauh.
amiiiin
Turut berduka cita atas meninggalnya papa Mbak W, semoga diberikan tempat terbaik yaa.
Terima kasih sudah berbagi cerita, ya, Mbak W. Sungguh terharu aku bacanya. Peluk hangat untukmu, ya.
Mbak W. Terima kasih sudah menuliskan dengan baik tentang sosok papanya Mbak W. Tentang apa-apa yang sudah Mbak alami bersama beliau. Selebihnya, kami yang membaca tahu 2 hal; Papa mbak adalah sosok hangat dan menyenangkan lalu yang kedua Mbak W tumbuh dengan baik dari hal-hal itu. Turut berduka cita mbak. Terima kasih sudah berkenan berbagi cerita. Salam, Hera.
Membaca bagian 1 saya dibuat kagum dengan cara-cara seorang Papa kak W mengenalkan hal sederhana menjadi menakjubkan. Dalam pikiran saya “Wah asik sekali, punya seseorang seperti ini dalam hidupnya”. Selanjutnya entah karena apa, mata saya mulai membendung air mata. Membaca bagaimana Papa Kak W minta dibawakan benih tanaman agar orang lain bisa melihat apa yang dilihat Kak W membuat saya terharu. Kak W, doa terbaik untuk Papa Kak Windy. Untuk Kak Windy juga, sehat selalu ya.
banyak terima kasih untuk doanya dan waktu yang disisihkan untuk membaca cerita ini. semoga kamu juga selalu sehat, nindea.
Lagi-lagi cerita Kak W membuat pipi ini basah. Aku memang tidak kenal Papa Mba W, tapi membaca kisah-kisah Papa, aku merasa ikut dekat juga, dan kehilangan. Bersyukurlah punya Papa seperti beliau. Cintanya kepada Mba W sangat unik, dan itulah yang membuat Mba W mempunyai kepribadian seperti sekarang. Tangguh, kuat, mandiri. Love you Mba W.. Bahagia selalu.
banyak terima kasih sudah singgah ke blog ini dan membaca cerita tentang papa, kamelia. semoga kamu punya cukup waktu dihabiskan dengan orang-orang yang kamu cintai.
Pindy, aku jadi ikut nangis… Aku nyesel banget, harusnya aku datang aja ke rumah meski kamu gak jawab WA-ku…
Soal mama, aku minta maaf ya jika dulu aku pernah tanya. Reaksi yang kuingat, kamu gak mau jawab dan kini aku jadi tahu kenapa meski tidak tahu kejadian apa.
Papa baik sekali ke aku T-T
Allohumma firlahu warhamhu wa’afihi wa’fu’anhu.. Al Fatihah..
melewati kata demi kata, khusuk, diam, renungan imajinasi, mengingat, kangen, berdoa, berlega hati, tersenyum.
Dear W,
Turut berduka cita atas berpulangnya papa “cinta mati terkasih” ke tempat yang terbaik.
Terima kasih telah berbagi.
Parent attempted the best for their kids with unconditionally forever love!
Windyyyy…nangis aku bacanya…turut berduka cita yang paling dalam ya Windy sayang…Insya Allah Papa menjadi ahli syurga…jd inget masa2 sekolah dulu…aku ke rumah Windy sore2 naik sepeda….bbrp kali jumpa Papa Windy, trus kita jalan berdua….makan bakso atau kemana aja…ah kangennya masa2 itu…masa2 SMP dan SMA….Windy yang selalu ada buat aku ….dan saat aku pindah sekolah, Windy rajin berkirim surat…ah jadi mewek lagi…Miss You Kek
hai, rena! lama sekali tidak bertemu. semoga kamu sehat, ya! amiiin. banyak terima kasih untuk doa baiknya.
Innalilahi wainnailaihi rojiun
Ikut berduka cita sedalamnya Windy, semoga amal.ibadah beliau diterima. Ikut hanyut membacanya dan ga trasa pipiku udah basah.
Trimakasih udah share ini, salut dan hormat buat Papanya Windy.
Sehat2, terus berkarya dan bahagia terus buat Windy
terima kasih, mbak ria, untuk doa bauknya. sehat dan banyak bahagia juga untukmu!
Sy bacanya pelan sekali, beberapa bagian sya ulangi bahkan ada yg lbih dari sekali.
Bahagialah jiwanya di keabadaian. Semoga mbak Win dan keluarga yg ditinggalkan diberi penghiburan.
Perasaan saya seperti mengikuti arus kata, frasa, kalimat dalam setiap bagian tulisan ini. Saya kok ikut merasa berlapang dada setelah membacanya sampai akhir. Terimakasih sudah menulis ini. Semoga beliau beristirahat dalam damai.
Perasaanku campur aduk membacanya.
Bahkan sampai menangis sesegukan.
Nama Papa mba Windy sama dengan nama ayahku 🙂
Semoga Beliau-beliau tenang di sisiNya.
Aku baru kali ini berkunjung. Biasanya nyimak tulisan Mba Windy di IG saja.
Terima kasih sudah berbagi banyak cerita dan menuliskannya.
banyak terima kasih sudah mampir dan membaca yaaa.
Hai mbak W..
Jasad boleh pergi. Tapi, tidak dengan kenangan. Ia akan terus hidup ditiap hurufnya. Semoga yang patah, kembali tumbuh dan mekar.
Thanks for sharing
aku iseng mengulang nonton vlog mba windy bersama bang radit soal traveling karena disana mba begitu lugas dan sangat menarik buat saya membuat saya kembali iseng menelusuri google mencari blog mba windy. berhenti di tulisan ini membuat saya menangis tersedu-sedu. allah maha mengatur, diaturnya hari ini saya mengunjungi blog ini. saya sedang dalam masalah besar yang selama ini saya pendam, maju mundur ingin saya ceritakan pada papa saya yg berusia enam puluh dua saya takut ia kepikiran dan sakit tapi saya butuh bantuannya. setelah membaca blog ini saya makin berderai air mata, sungguh mengurungkan niat untuk bercerita. karena seperti yang papa mba bilang, tanpa kita minta untuk jangan memikirkan dan mengkhawatirkan kita anaknya sesungguhnya beliau akan tetap kepikiran. doa terbaik untuk papa mba windy. saya sesak masih dengan sedu sedan berharap mampu menemani papa dlam keadaan yang selalu baik dalam waktu yang masih sangat lama.
hai, ella. aku baru membaca pesanmu pagi ini. maaf, ya. untuk masalah apa pun yang tengah kauhadapi, aku berharap kau bis amelaluinya; mudah ataupun tidak. aku tak tahu bagaimana cara terbaik menghibur orang, tetapi carilah ia yang bisa, yang ada di sekitarmu. kadang, mailakat itu berdiri di dekat kita, tetapi mata kita begitu buram hingga tak bisa melihatnya segera. peluk!
Perjalanan dan memori bersama yang terkasih kiranya menguatkan kak W menapaki hari-hari ke depan, ya. Terima kasih sudah berbagi cerita dan kenangan indah ini.
*Peluk.*
One thing lead to another. Dan aku pun nemu tulisan Windy yg bikin air mata netes ngga berhenti. Walau telat, aku turut berduka atas kehilanganmu. A proud dad he was indeed. Semoga Windy selalu menemukan jalan untuk bahagia.
terima kasih.
Ayah kita tahun kelahirannya sama mba. Aku juga beberapa kali naik Kapal Pelni dari Makassar-JKT PP bersama bapak, padahal ada pesawat. Kenangan masa kecil bersama bapak akan selalu terkenang ya..
Turut berduka cita ya mba Wind.
terima kasih. iya, banyak kenangan baik dan itu rasa-rasanya masih kurang saja untuk diceritakan. salam untuk ayahmu.
thanks for sharing
thanks for reading.
Membaca tulisan ini untuk ke 2 kali dan masih sesenggukan
Diam-diam diri ini bukan cma kagum sma anaknya, terlebih ke papanya ka w….
Semoga papanya kak w ditempatkan ditempat terbaikNya.
terima kasih, ya. amiiin.
Dan, gw jadi kangen jalan-jalan ke pasar tradisional di Indonesia. Kangen jajanan pasarnya…
pasar-pasar di indonesia selalu menarik. juga di tempat kamu berada sekarang, bowo.
Mbak W, sy juga ingat ayah yg kalau ke Jawa anak naik kapal…seru. Ohh yah, ayah sy juga meninggal July tahun lalu. Turut berduka mbak, sy terbaru membaca tulisan ini, langsung ingat bapak juga yg merupakan inspirator dan guru kehidupan saya.
akujuga mengirimkan doa untuk ayahmu. terima kasih sudah mampir, ya.