Ini tentang dia, cinta mati saya. Lelaki yang memiliki kebesaran hati seluas samudra, yang mencintai tanpa harap kembali.
PAPA saya (ingin) percaya bahwa pandemi virus corona akan berakhir April ini sehingga ia bisa mewujudkan perjalanan impiannya; kembali mengarungi samudra dengan menumpang kapal PELNI menuju Gorontalo. Ia menghabiskan sebagian besar masa baktinya sebagai jaksa di Sulawesi—bahkan menjadi jaksa masuk laut yang ditugaskan ke pulau-pulau terluar Nusantara, salah satunya di utara Indonesia—dan ingin melakukan pelayaran napak tilas.
Ia meminta saya mengatur perjalanan impiannya itu dan memastikan saya menemaninya. Ia ingin mengajak dua orang lain yang sangat bersetia kepadanya; pasangan suami-istri yang mengurusinya selama ini, Pak Bas dan Bu Atin. Saya mengecek jadwal transportasi, mengusulkan perjalanan dengan kapal laut ketika pergi dan kapal udara ketika pulang. ‘Itu menarik,’ ia menyetujui usulan saya.
‘Tapi, Papa harus sembuh dulu. Harus kuat. Kita tak bisa melakukan perjalanan ini kalau Papa masih lemah.’
‘Iya. Papa mau hidup hingga lebih dari 85 tahun.’
15 Januari 2021, kurang delapan tahun dari angka impian Papa, jiwanya terpisah dari hayat.
