‘KATANYA kalau bersuamikan orang Jawa itu, suwargo nunut, neraka katut, ya?’ Reda Gaudiamo menirukan pertanyaan Emak yang ditujukan kepada lelaki yang ia pacari ketika itu.
Aku yang sedang menyetir tidak bisa tidak tergelak mendengar itu. ‘Terus si Mak masih bilang begini lagi, “Saya nggak mau, ya, anak saya kebawa-bawa ke neraka.”’ Tawa kami pecah bersamaan. Emak, ibunya Reda, ini sungguh tak tertebak. Aku tertawa-tawa saban mendengar cerita Reda soal bagaimana Emak, perempuan Savu, menyikapi hubungan romantisnya dengan laki-laki Jawa. Mulutnya blak-blakan, tetapi banyak benarnya. Coba, kenapa pula urusan surga-neraka untuk kaum perempuan ditentukan oleh tindakan laki-laki?
‘Terus pacarmu saat itu jawab apa, Mbak?’ tanyaku penasaran.
‘Iya, saya akan berupaya agar Reda tidak masuk neraka.’
Tawa kami kembali pecah, memenuhi ruang mobil.
Continue reading “sampai waktu habis”